Pages

Rabu, 02 Juni 2010

Proposal PI

BAB I
PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang
Dalam era Globalisasi sekarang ini, setiap perusahaan harus mampu bersaing bila tidak ingin tertinggal dari perusahaan lain. Setiap perusahaan didirikan dengan harapan akan menghasilkan profit sehingga mampu untuk bertahan dalam jangka panjang yang tak terbatas. Hal ini dapat diasumsikan bahwa perusahaan akan terus hidup dan diharapkan tidak akan mengalami likuidasi. Dalam praktek, asumsi seperti diatas tidak selalu menjadi kenyataan. Seringkali perusahaan yang telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu terpaksa membubarkan diri karena mengalami kegagalan usaha. Persaingan yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk selalu memperkuat fundamental manajemen perusahaannya. Ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan global dengan memperkuat fundamental manajemen akan mengakibatkan pengecilan dalam volume usaha sebuah perusahaan, akibatnya kinerja perusahhan pun semakin menurun. Menurunnya kinerja keuangan perusahaan yang terus menerus akan berujung pada kebangkrutan.
Kebangkrutan adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang debitur dengan mengisi suatu petisi yang menyatakan bahwa ia tidak mampu memenuhi kewajiban-kewajiban atau hutang-hutangnya dan bersedia dinyatakan bangkrut (A. Abdurrachman, 1991:89). Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan (Mamdur dan Halim,1996:263).
Informasi kebangkrutan suatu perusahaan sangat penting bagi investor dan kreditor sebagai pihak yang berada di luar perusahaan untuk mengamankan investasi yang telah dilakukan. Bagi pihak perusahaan dapat digunakan untuk melihat kinerja keuangannya dan jika terdapat tanda-tanda kesulitan keuangan yang mengarah pada kebangkrutan, pihak manajemen dapat mengambil langkah-langkah untuk menyelamatkan perusahaan, bagi pihak kreditor dapat dimanfaatkan sebagai alternatif analisis dalam pengambilan keputusan dapat tidaknya suatu perusahaan menerima kredit, bagi investor dapat dijadikan sebagai tambahan pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi (Aulia, 2003).
Analisis rasio merupakan analis yang sering digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Salah satu sumber utamanya adalah dengan melihat laporan keuangan perusahaan, yaitu neraca dan laporan laba rugi. Untuk mengatasi kekurangan dari analisis rasio dapat dipergunakan alat analisis yang menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Analisis ini dikenal dengan nama analisis diskriminan Altman Z-score (Agnes Sawir, 2001:22).
Z-score pertama kali diperkenalkan pada pertengahan tahun 1960 oleh Edward I. Altman seorang ahli ekonomi dan keuangan serta profesor di Universitas New York’s Stern School of Business yang dikembangkan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan perusahaan dan dapat juga digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan. Edward Altman melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan kinerja keuangan yang sehat (Edward Altman, 1983:99). Dalam studinya, setelah menyeleksi 22 laporan keuangan, Altman menemukan 5 rasio yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut. Lima rasio Z-score tersebut adalah Working Capital to Total Assets Rasio, Retained Earning to Total Assets Ratio, Earning Before Interest and Taxes to total Assets Ratio, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities Ratio, Sales to Total (Edward Altman, 1983:106).
Setelah mengamati masalah-masalah yang ada di atas serta didasari berbagai pertimbangan, maka dalam penuliasan ilmiah ini penulis mengambil judul “ ANALISIS ALTMAN (Z-SCORE) DALAM MEMPREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PADA PT ADHI KARYA, TBK. PERIODE 2005-2009”.


1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, terindentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menilai rasio kebangkrutan pada PT Adhi Karya, Tbk. selama kurun waktu 2005-2009 menggunakan indikator:
a. Working Capital to Total Assets Ratio?
b. Retained Earning to Total Assets Ratio?
c. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio?
d. Market Value of Equity to Book Value to Total Liabilities Ratio?
e. Sales to Total Assets Ratio?

2. Bagaimana menganalisa rasio diatas menggunakan alat bantu rasio Z-score selama kurun waktu 2005-2009 untuk menilai potensi kebangkrutan PT Adhi Karya, Tbk?

1.2.2 Batasan Masalah
Agar permasalahan yang di teliti tidak terlalu luas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah hanya pada:
a. Neraca dan laporan laba rugi PT Adhi Karya, Tbk periode 2005-2009.
b. Analisis potensi kebangkrutan menggunakan indikator rasio Z-score.

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perhitungan rasio kebangkrutan perusahaan pada PT Adhi Karya, Tbk periode 2005-2009 .
2.Untuk mengetahui perubahan rasio Z-score menggunakan parameter:
a. Working Capital to Total Assets Ratio
b. Retained Earning to Total Assets Ratio
c. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio
d. Market Value of Equity to Book Value to Total Liabilities Ratio
e. Sales to Total Assets Ratio

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dalam bidang analisa laporan keuangan, khususnya mengenai analisis diskriminan Altman Z-score dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
Pihak manajemen dapat memanfaatkan hasil penelitian sebagai bahan masukan dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan, menilai tingkat kesehatan usaha serta sebagai acuan dalam pengambilan keputusan.
3. Bagi Investor
Penelitian ini dapat menjadi bahan oertimbangan bagi para investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi.

1.5 Metode Penelitian
1.5.1 Objek Penelitian
Pada penulisan ilmiah ini yang menjadi objek penelitian adalah laporan keuangan yang terduru dari neraca dan laporan laba rugi pada PT Adhi Karya, Tbk yang berlokasi di Jl. Raya Pasar Minggu KM.18, Jakarta 12510.
1.5.2 Data/Variabel
Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah laporan keuangan PT Adhi Karya, Tbk. berupa neraca dan laporan laba rugi periode 2005-2009. Selain itu data yang digunakan adalah nilai harga pasar per lembar saham periode 2005-2009.


1.5.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data tersebut, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Metode Studi Pustaka
Mendalami serta memahami materi dan teori yang berhubungan dengan pembahasan analisis tingkat kesehatan dan model Altman, dengan maksud mencari teori-teori serta konsep-konsep yang dapat dijadikan landasan teori dalam mendukung penelitian ilmiah ini.
2. Metode Studi Lapangan
Berupa data sekunder yaitu laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) PT Adhi Karya, Tbk. periode 2005-2009, serta nilai harga pasar per lembar saham tahun 2005-2009 yang diperoleh dari internet.

1.5.4 Alat Analisis yang Digunakan
1. Analisis Deskriptif
Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif, karena penulis menggunakan tabel dan grafik untu memperjelas pembahasan pada penelitian ilmia ini.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif yang digunakan pada penulisa ilmia ini adalah analisis Altman Z-score dengan rasio lima variabel, untuk perusahaan manufaktur yang go public dengan menggunakan formula:

Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,64 X4 + 1,0 X5





1.5.5 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan ilmiah terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dikemukakan latar belakang masalah, rumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan dikemukakan landasan teori yang berkaitan dengan penelitian dan review penelitian terdahulu yang berhubungan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini dan konsep yang akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan masalah dan pemecahannya.

BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dikemukakan objek penelitian, data/variabel yang digunakan, metode pengumpulan data/variabel, dan alat analisis yang digunakan.

BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai profil objek penelitian, dan hasil penelitian serta analisis/pembahasan.

BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan dikemukakan kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan penelitian.

BAB II
LANDASAN TEORI


2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi, setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa dan disajikan dalam nilai uang ( Agnes Sawir,2001:2).
Laporan keuangan merupakan kombinasi dari data keuangan suatu perusahaan yang menggambarkan kemajuan suatu perusahaan yang dibuat secara periodik. Secara umum laporan keuangan dapat diartikan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi , berisi ringkasan dari suatu proses pencatatan yang terdiri dari daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba serta mencerminkan hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu.

2.1.2 Macam-Macam Laporan Keuangan
Laporan keuangan perusahaan yang paling utama terdiri dari:
1. Neraca, adalah gambaran kondisi keuangan pada akhir periode akuntansi, biasanya tanggal 31 Desember. Kondisi keuangan dalam neraca pada dasarnya terdiri dari aktiva (asset), kewajiban (liability), dan modal (capital).
2. Laporan Laba Rugi, merupakan ikhtisar yang disusun secara sistematis tentang penghasilan, biaya rugi laba yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu.
3. Laporan Arus Kas adalah menyediakan informasi arus kas masukdan arus kas keluar untuk satu periode (John J. Wild,dkk,2005)
4. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi
Laporan Keuangan gabugan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang perusahaan yang bersangkutan baik yang ada di dalam negri maupun diluar negri. Laporan Konsolidasi merupakan laporan perusahaan yang bersangkutan dengan anak perusahaannya.

2.1.3 Tujuan Laporan Keuangan
Pelaporan keuangan menyediakan informasi yang berguna dalam membuat keputusan bisnis dan ekonomi. Financial Accounting Standart Board, dalam kerangka kerja konseptualnya mengenai proyek akuntansi mengidentifikasikan tujuan utama dari pe;aporan keuangan (Charles J. Woelfel, 1995). Tujuan itu dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Laporan keuangan harus menyediakan informasi yang berguna kepada investor dan kreditor serta pemakai lainnya dalam membuat keputusan yang rasional mengenai investasi, kredit, dan keputusan-keputusan lain yang sejenis.
2. Laporan keuangan harus menyediakan informasi yang berguna kepada investor dan kreditor serta pemakai lainnya dalm menentukan jumlah, waktu dan ketidakpastian mengenai penerimaan kas yang diharapkan dari deviden atau bunga dan keuntunga yang diperoleh dari penjualan maupun dari surat berharga atau pinjaman yang jatuh tempo.
3. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi mengenai sumber daya ekonomis suatu perusahaan, hak kepemilikan atas sumber daya tersebut.

2.1.4 Pihak-Pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Kuangan
Laporan keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi pihak yang membutuhkan atau yang berkepentingan, pihak-pihak yang membutuhkan antara lain:
1. Investor atau Pemilik
Pemilik perusahaan menanggung resiko atas harta yang ditempatkan atas perusahaan. Pemilik membutuhkan informasi untuk menilai apakah perusahaan memiliki kemampuan membayar deviden. Disamping itu untuk menilai apakah investasinya akan tetap dipertahankan atau dijual.
2. Pemberi Pinjaman (Kreditor)
Pemberi pinjaman membutuhkan informasi keuangan guna memutuskan memberi pinjaman dan kemampuan membayar angsuran pokok dan bunga saat jatuh tempo.
3. Karyawan
Karyawan dan serikat buruh memerlukan informasi keuangan guna menilai kemampuan perusahaan untuk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya.
4. Pemerintah
Informasi keuangan bagi pemeintah digunakan untuk menentukan kebijakan dalam bidang ekonomi, misalnya alokasi sumber daya, pajak, pungutan, UMR, pungutan serta bantuan.
5. Masyarakat
Laporan keuangan dapat digunakan untuk bahan ajar, dan analisis.

2.1.5 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan salah satu alat analisis kinerja keuangan, analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja perusahaan. Penggolongan rasio keuangan adalah sebagai berikut:
1. Rasio likuiditas adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan misalnya current ratio, acid test ratio, cash ratio, working capital to total asset ratio.
2. Rasio laverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, misalnya total debt to total asset ratio, total debt to total capital asset, long debt to equity ratio, tangible asset debt coverage, time interest earned ratio.
3. Rasio aktivitas adalah rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dayanya, misalnya total asset turnover, receivable urnover, average collection period, inventory turnover, average days iventory, working capital turnover.
4. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Yang termasuk dalam rasio atau profitabilitas diantaranya gross profit, net profit margin.

2.1.6 Kebangkrutan
Kebangkrutan perusahaan banyak membawa dampak yang begitu berarti, bukan untuk perusahaan itu sendiri tapi juga karyawan, investor, dan phak-pihak lain yang terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan.
Kebangkrutan adalah situasi dimana kwajiban perusahaan lebih tinggi daripada nilai aktivanya. Kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan (Darsono dan Ashari, 2005:101).

2.1.7 Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian dalam manajemen perusahaan, diantaranya:
a. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus menerus yang akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya.
b. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang-hutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba dan menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga mengakibatkan kerugian karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan.

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian luar manajemen perusahaan, diantaranya:
a. Kesulitan bahan baku karena suplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakanuntuk produksi.
b. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat fatal bagi kelangsungan hidup perusahaan.
c. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

2.1.8 Pihak-Pihak yang Memanfaatkan Informasi Kebangkrutan
Banyak pihak yang berkepentingan dengan informasi kesulitan keuangan yang dialami oleh perusahaan. Pihak-pihak yang memanfaatkan informasi keuangan di bagi menjadi dua, yaitu:
1. Pihak Internal, yaitu manajemen berkepentingan terhadap pengelolaan perusahaan, karyawan berkepentingan dengan kelangsungan hidup perusahaan.
2. Pihak Eksternal, yaitu kreditor berkepentingan dengan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya, investor berkepentingan dengan investasi yang dilakukan.

2.1.9 Metode Altman Z-Score
Pada pertengahan tahun 1960, Edward I. Altman di New York melakukan analisis diskriminan untuk menyusun suatu model perhitungan guna memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan. Dalam studinya, setelah menyeleksi 22 rasio keuangan, Altman menemukan lima rasio yang dapat dikombinaasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan perusahaan yang sehat. Analisis ini dikenal dengan nama analisis Altman Z-score. Lima rasio Z-score tersebut adalah Working Capital to Total Assets Ratio, Retained Earning to Total Assets Ratio, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities Ratio, Sales to Total Assets (Edward Altman, 1983:106).


2.1.10 Kegunaan Analisis A-Score
Analisis Z-score berfungsi untuk menganalisa potensi kebangkrutan suatu perusahaan, karena dari skor yang dihasilkan dapat diketahui apakah suatu perusahaaan dalm kondisi keuangan yang sehat, atau dalam kondisi yang menunjukantanda-tanda kebangkrutan, atau mungkin kondisi keuangan perusahaan dalm kondisi terpuruk yaitu kebangkrutan. Hasil perhitungan analisis ini dapat dimanfaatkan oleh pihak manajemen perusahaan untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Sedangkan bagi pihak kreditur dan para investor dapat menggunakan hasil analisis tersebut untuk melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi kemungkinan buruk yang akan terjadi. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan diketahui, semakin baik untuk pihak-pihak yang terkait dalam perusahaan.

2.1.11 Perhitungan Analisis Z-Score
Perhitungan analisis Z-Score terdiri atas tiga versi, versi pertama analisis pada perusahaan manufaktur yang telah go publik, versi ke dua pada perusahaan manufaktur yang belum go publik, dan terakhir pada perusahaan non manufaktur. Selanjutnya akan dijelaskan lebih terperinci untuk masing-masing versi.

I. Versi Z-score untuk perusahaan manufaktur yang telah go publik (Public Manufakturing)
Fungsi diskriminan yang diturunkan Altman adalah:

Z = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 + 1.0X5

Keterangan:
Z : Overall Indeks (Indeks Keseluruhan)
X1 : Working Capital to Total Assets Ratio (Modal Kerja/Total Aktiva)
X2 : Rentained Earnings in Total Assets (Laba Ditahan/Total Aktiva)
X3 : Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aktiva)
X4: Market Value of Equity to Book Value of Liabilities (Nilai Pasar Modal Sendiri/Nilai Buku Hutang)
X5 : Sales to Total Assets (Penjualan/Total Aktiva)


II. Versi Z-score untuk perusahaan manufaktur yang belum go publik (Privately Manufakturing)
Mengingat bahwa tidak semua perusahaan melakukan go public dan tidak memiliki nilai pasar, maka Altman mengembangkan metode alternatifdengan menggantikan variabel X4 (Nilai Pasar Modal Sendiri/Nilai Buku Hutang) menjadi (Nilai Buku Saham/Nilai Buku Hutang).
Formula perhitungannya sebagai berikut:

Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5

Keterangan:
Z : Overall Indeks (Indeks Keseluruhan)
X1 : Working Capital to Total Assets Ratio (Modal Kerja/Total Aktiva)
X2 : Rentained Earnings in Total Assets (Laba Ditahan/Total Aktiva)
X3 : Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aktiva)
X4: Book Value of Equity to Book Value of Liabilities (Nilai Buku Modal Sendiri/Nilai Buku Hutang)
X5 : Sales to Total Assets (Penjualan/Total Aktiva)

III. Versi Z-Score untuk non manufakturingyang sudah go public maupun yang belum go public (Public or Private Non Manufacturing)
Persamaan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Z = 6,56 x1 + 3.26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4

Keterangan:
Z : Overall Indeks (Indeks Keseluruhan)
X1 : Working Capital to Total Assets Ratio (Modal Kerja/Total Aktiva)
X2 : Rentained Earnings in Total Assets (Laba Ditahan/Total Aktiva)
X3 : Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aktiva)
X4: Book Value of Equity to Book Value of Liabilities (Nilai Modal Sendiri/Nilai Buku Hutang)

Tabel 1
Standar Z-Score Altman
(Titik Cut-Off)

JENIS PERUSAHAAN TITIK CUT-OFF KETERANGAN
Manufaktur yang telah go publik

z-score < 1,10



1.10 < z score < 2.60





2.60 < z score Menunjukan indikasi perusahaan
menghadapi ancaman kebangkrutan
yang serius.

Menunjukan bahwa perusahaan barada dalam kondisi rawan. Dalam kondisi ini manajemen harus hati-hati mengelola aset-aset perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan (Grey Area).

Menunjukan perusahaan dalam
kondisi keuangan yang sehat dan
tidak mempunyai masalah keuangan.
Manufaktur yang belum go publik z score < 1.20





1.20 < z score< 2.90





2.90 < z score Menunjukan indikasi perusahaan
menghadapi ancaman kebnagkrutan
yang serius, hal ini harus perlu
ditindak lanjuti agar tidak terjadi
kebangkrutan.

Menunjukan bahwa perusahaan barada dalam kondisi rawan. Dalam kondisi ini manajemen harus hati-hati mengelola aset-aset perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan (Grey Area)

Menunjukan perusahaan dalam
kondisi keuangan yang sehat dan
tidak mempunyai masalahan keuangan (non-bankrupt company)

Non manufaktur baik
yang go publik ataupun
yang belum go publik z score < 1.10



1.10 < z score < 2.60





2.60 < z score Menunjukan indikasi perusahaan
mengahadapi ancaman
kebangkrutan yang serius.

Menunjukan bahwa perusahaan barada dalam kondisi rawan. Dalam kondisi ini manajemen harus hati-hati mengelola aset-aset perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan (Grey Area)

Menunjukan perusahaan dalam
kondisi keuangan yang sehat dan
tidak mempunyai permasalahan
dengan keuangan. (non-bankrupt company)

2.1.12 Rasio-Rasio Lima Variabel Z-Score
Menurut Altman ada lima rasio yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara sehat atau tidak. Rasio tersebut dikenal dengan nama rasio lima variabel.

1. Working Capital to Total Assets Ratio
Modal Kerja
X1 =
Total Aktiva

Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya.




2. Retained Earning in Total Asset Ratio
Laba yang Ditahan
X2 =
Total Aktiva

Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham.

3. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio
EBIT
X3 =
Total Aktiva

Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak.




4. Market Value of Equity to Book Value of Liabilities Ratio
Nilai Pasar Modal Sendiri
X4 =
Total Hutang

Rasio ini menunjukan kemapuan perusahaan untuk memenuhi kewajibankewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar modal sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang.

5. Sales to Total Assets Ratio
Penjualan
X5 =
Total Aktiva

Rasio ini menunjukan tingkat perputaran total aktiva dalam satu tahun. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba.

2.1.13 Rating Ekuivalen Perusahaan
Metode Altman Z-Score menciptakan model emerging market scoring (EMS), suatu penilaian pasar dengan menggunakan rating untuk menentukan perushaan yang berada dalam kondisi sehat atau memiliki masalah keuangan.


Tabel 2
Rating Ekuivalen Perusahaan Terhadap Nilai Rata-Rata EMS

US Equivalent Rating Average Em Score
AAA 8,15
AA+ 7,60
AA 7,30
AA- 7,00
A+ 6,85
A 6,65
A- 6,40
BBB+ 6,25
BBB 5,85
BBB- 5,65
BB+ 5,25
BB 4,95
BB- 4,75
B+ 4,50
B 4,15
B- 3,75
CCC+ 3,20
CCC 2,50
CCC- 1,75
D 0


2.1.14 Kelebihan dan Kekurangan Analisis Z-Score
Kelebihan analisis Z-Score adalah dapat mengkombinasikan beberapa rasio menjadi suatu model prediksi, yaitu rasio yang di uji tidak terpisah dan menjadi satu kesatuan sehingga dapat melihat skor perusahaan tersebut secara keseluruhan, atau dapat disebut juga analisis multivariate. Selain itu Z-score dapat digunakan untuk seluruh perusahaan, baik perusahaan go publik, pribadi atau perusahaan jasa dalam berbagai ukuran.
Kelemahan Z-Score model Altman ini terletak pada penggunaan rasio EBIT. Laporan keuangan antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya berbeda, sehingga EBIT sulit diterapkan. Kelemahan lain Z-Sore adalah tidak ada rentang waktu yang pasti kapan kebangkrutan akan terjadi setelah hasil Z-Score diketahui lebih rendah dari standar yang ditetapkan.

2.2 Kajian Penelitian Sejenis
Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan judul “Analisis Diskriminan Model Altman Z-Score dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan Pada PT Ramayana Lestari Sentosa,Tbk. periode 2004-2008” (Mirra Permanasari, 2009) diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Perubahan rasio empat variabel PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. selama periode 2004-2009 menunjukan hasil sebagai berikut:
a. Working Capital to Total Assets Ratio ( Rasiio modal kerja terhadap total aktiva) menunjukan angka sebesar 0,334 pada tahun 2004, 0,364 pada tahun 2005, 0,405 pada tahun 2006, 0,405 pada tahun 2007 dan 0,378 pada tahun 2008.
b. Retained Earning in Total Assets Ratio (Rasio laba ditahan terhadap total aktiva), menunjukan angka sebesar 0,483 pada tahun 2004, 0,567 pada tahun 2005, 0,587 pada tahun 2006, 0,581 pada tahun 2007 dan 0,483 pada tahun 2008.
c. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (Rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva), menunjukan angka sebesar 0,162 pada tahun 2004, 0,168 pada tahun 2005, 0,158 pada tahun 2006, 0,160 pada tahun 2007 dan 0, 173 pada tahun 2008.
d. Market Value of Equity to Book Value of Liabilities Ratio (Rasio nilai pasar modal sendiri terhadap total kewajiban), menunjukan angka sebesar 6,014 pada tahun 2004, 9,90 pada tahun 2005, 10,553 pada tahun 2006, 7,864 pada tahun 2007 dan 5,22 pada tahun 2008.

2. Nilai Overall Indeks yang dihasilkan PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. selama periode 2004-2008 menunjukan nilai di atas cutt-of Altman 2,60 yang berada pada posisi Non Bankcrupt Company dan selalu mendapat rating EMS yaitu AAA. Ini menunjukan bahwa PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. tidak memiliki potensi kebangkrutan atau dengan kata lain dinyatakan sehat.


1.3 Alat Analisis
Penerapan metode Altman Z-Score pada perusahaan manufaktur yang telah go publik yang akan diteliti oleh penulis menggunakan persamaan sebagai berikut:

Z = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 + 1.0X5

Keterangan:

Z : Overall Indeks (Indeks Keseluruhan)
X1 : Working Capital to Total Assets Ratio (Modal Kerja/Total Aktiva)
X2 : Rentained Earnings in Total Assets (Laba Ditahan/Total Aktiva)
X3 : Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aktiva)
X4: Market Value of Equity to Book Value of Liabilities (Nilai Pasar Modal Sendiri/Nilai Buku Hutang)
X5 : Sales to Total Assets (Penjualan/Total Aktiva)

Dengan nilai Cutt-off
Z < 1,0 : Menunjukan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutanyang serius.
1,10 < 2.60 : Menunjukan bahwa perusahaan barada dalam kondisi rawan. Dalam kondisi ini manajemen harus hati-hati mengelola aset-aset perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan (Grey Area).
Z > 2,60 : Menunjukan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak mempunyai permasalahan dengan keuangan (Non-bankcrupt company).

BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Objek Penelitian
Pada penulisan ilmiah ini yang menjadi objek penelitian adalah PT Adhi Karya, Perusahaan berkedudukan di Jl. Raya Pasar Minggu KM.18, Jakarta 12510.

3.2 Data / Variabel yang Digunakan
Data yang digunakan dalam penelitian ilmiah ini adalah data sekunder, berupa laporan keuangan PT Adhi Karya Tbk, yaitu neraca dan laporan laba rugi serta nilai harga pasar per lembar.

3.3 Metode Pengumpulan Data / Variabel
Untuk memperoleh data tersebut, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Metode Studi Lapangan
Dalam memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penulisan ilmiah ini, penulis menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yaitu berupa neraca dan laporran laba-rugi, selain itu data sekunder berupa nilai harga pasar per lembar saham, dimana data ini diperoleh dari internet.

2. Studi Pustaka
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara membaca dan mempelajari buku yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas sebagai bahan dalam penulisan ilmiah.

3.4 Alat Analisis yang Dugunakan
1. Analisis Deskriptif
Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif, karena penulis menggunakan tabel untuk memperjelas pembahasan pada penelitian ilmiah ini.

2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif yang digunakan pada penulisan ilmiah ini adalah analisis Altman Z-score dengan rasio 5 variabel. Untuk menerapkan metode Altman Z-score pada perusahaan manufaktur yang sudah go public yang akan diteliti maka model Z-score yang digunakan adalah dengan persamaan:

Z = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 + 1.0X5


Keterangan:
Z : Overall Indeks (Indeks Keseluruhan)
X1 : Working Capital to Total Assets Ratio (Modal Kerja/Total Aktiva)
X2 : Rentained Earnings in Total Assets (Laba Ditahan/Total Aktiva)
X3 : Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aktiva)
X4: Market Value of Equity to Book Value of Liabilities (Nilai Pasar Modal Sendiri/Nilai Buku Hutang)
X5 : Sales to Total Assets (Penjualan/Total Aktiva)

Dengan nilai cutt-off:
z-score < 1,10 : Menunjukan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang serius.
1.10 < z score < 2.60 : Menunjukan bahwa perusahaan barada dalam kondisi rawan. Dalam kondisi ini manajemen harus hati-hati mengelola aset-aset perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan (Grey Area).
2.60 < z score : Menunjukan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak mempunyai masalah keuangan.